Satwa Liar Suaka Margasatwa Muara Angke Vs Warga PIK

Redaksi


IDNBC.COM
- Hewan liar suatu waktu pasti keluar dari kawasan karena berdampingan permukiman warga kota. Gesekan ini juga terjadi antara penghuni Suaka Margasatwa Muara Angke dan warga PIK.


Dalam hal ini, monyet ekor panjang yang sering keluar kawasan untuk mencari makanan. Kata Nani Rahayu, selaku Pengendali Ekosistem Hutan dari BKSDA DKI Jakarta, pihak Suaka Margasatwa Muara Angke bekerjasama dengan kelompok penyelamat hewan untuk mengatasi hal itu.

"Untuk monyet Suaka Margasatwa Muara Angke punya kerjasama dengan Yayasan IAR Indonesia. Jadi

Pembangunan pagar listrik

Gangguan hewan liar dari Suaka Margasatwa Muara Angke ke permukiman PIK sepertinya pernah mencapai puncak. Pada suatu waktu, warga lokal pernah menyarankan pembangunan pagar yang dialiri listrik, namun beruntung ditolak pengelola.

"Kalau monyet itu hewan cerdas bisa memanjatnya dan keluar. Sebenarnya dari PIK sendiri sudah menyarankan pembuatan pagar listrik," terang Nani.

"Tapi kami dari Suaka Margasatwa Muara Angke tidak merekomendasikan karena itu pun berisiko. Jadi sekarang ini kami melakukan upaya-upaya bagaimana masyarakat bisa menghadapi kalau ada gangguan monyet harus seperti apa," kata dia.

"Karena kasus seperti ini banyak terjadi di Singapura. Di sana ada pelatihan perlindungan. Jadi masyarakat tahu bagaimana cara menghalau dan jam berapa saja menghalau," imbuh dia lagi.

Lebih lanjut, kenapa monyet-monyet dari Suaka Margasatwa Muara Angke ini masuk ke perumahan? Karena, di sana ada yang membuat sesaji buah-buah di dinding. Jadi monyet-monyet itu menyasar sesaji dan tempat sampah.

"Untuk tempat sampah, IAR sudah mendesain yang tidak bisa diakses monyet namun masih mahal biaya produksinya," terang Nani.

Pangan di Suaka Margasatwa Muara Angke cukup untuk monyet?

Kata Nani, berdasar hasil studi IAR, sebenarnya pakannya masih bagus. Pakannya utamanya di sini itu buah sonneratia hingga nipah.

"Tapi memang makanan manusia itu lebih ... karena mereka bersifat oportunis si monyet ekor panjang itu. Kalau lebih mudah didapat dan lebih enak akan lebih menarik," ujar Nani.

"Selain dari dalam, faktor utama untuk menanggulangi konflik adalah dari masyarakatnya sendiri. Kalau bisa sadar untuk tidak memberi makan pada monyet maka akan lebih baik," imbuh dia.

Selain itu konflik selanjutnya di Suaka Margasatwa Muara Angke jikalau ada monyet lepasan. Jadi, kadang ada yang punya peliharaan monyet dan bosan lalu dilepas di sini, tapi mereka tidak bisa bergabung dengan kawanan atau kelompok yang sudah ada di dalam.

"Mereka cenderung soliter dan itu banyak gangguan. Untuk monyet lepasan di Suaka Margasatwa Muara Angke sudah ada kebijakan dari BKSDA Jakarta yakni harus dievakuasi harus dikeluarkan dari kawasan karena kasihan dia bisa diserang yang asli sini," pungkas Nani.

selain melakukan sosialisasi kepada masyarakat, kami melakukan penghalauan secara reguler untuk mencegah monyet keluar dari kawasan," terang dia.

Nani menyebut bahwa kendala dalam kejadian di atas adalah masyarakat yang memberikan pakan bukan berasal dari sekitar kawasan. Kadang-kadang mereka datang dari tempat-tempat yang lebih jauh untuk berwisata atau sekalian lewat.

"Jadi sulit untuk memberi pengertian, karena biasanya kita datangi ke RT RW," terang Nani.

Sumber https://travel.detik.com/travel-news/d-5593113/satwa-liar-suaka-margasatwa-muara-angke-vs-warga-pik/amp

Comments