Taliban Menanti Usai AS Angkat Kaki

Redaksi


IDNBC.COM  -
Keputusan Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya dari Afghanistan meningkatkan ketidakpastian di negeri rawan konflik tersebut. Satu demi satu wilayah jatuh ke tangan kelompok Taliban. Banyak pihak bahkan memperkirakan cepat atau lambat pemerintahan Afghanistan akan tumbang.


Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana penarikan pasukan AS pada April. Pemerintah AS kemudian secara bertahap menutup pangkalan dan memulangkan tentara yang ada di sana. Puncaknya, pasukan AS meninggalkan Pangkalan Udara Bagram awal bulan ini.

Banyak pengamat berpendapat penarikan pasukan AS dilakukan tergesa-gesa. Militer AS acapkali mengosongkan pangkalannya tanpa berkoordinasi dengan pihak Afghanistan. Padahal, militer lokal sedang repot menghadapi ancaman Taliban.

Taliban sendiri bergerak cepat setelah AS memutuskan menarik pasukannya. Sebulan ke belakang, kelompok tersebut berhasil menguasai beberapa wilayah penting di Afghanistan. Baru-baru ini, mereka dikabarkan menduduki kota-kota perbatasan seperti Islam Qala dan Torghundi.

Militer Afghanistan yang bertahun-tahun didukung AS seakan kesulitan mengatasi manuver Taliban. Selain kehilangan wilayah, banyak juga senjata dan kendaraan yang direbut kelompok militan. Tidak hanya itu, ada pula prajurit yang melarikan diri karena disiplin yang rendah.

Melihat situasi tersebut, banyak pihak khawatir dengan nasib Afghanistan di masa depan. Seperti dilaporkan Wall Street Journal, sebuah dokumen intelijen memprediksi pemerintahan Afghanistan bisa jatuh hanya dalam jangka waktu 6 bulan setelah penarikan pasukan AS selesai. Meskipun demikian, Presiden Biden tetap meyakini kebijakan ini merupakan hal yang tepat.

"Saya ingin bertanya kepada pihak yang ingin kita tetap di sana? Berapa banyak lagi putra-putri kita yang harus mempertaruhkan nyawanya di sana? Berapa lama lagi mereka harus berada di sana?" Tanya Biden dalam sebuah konferensi pers pekan lalu.

Kekhawatiran juga dirasakan warga sipil di Afghanistan. Media menulis tentang antrean panjang di kantor-kantor pembuatan paspor serta peningkatan jumlah permohonan visa di kedutaan-kedutaan asing. Ketakutan mereka bukannya tanpa alasan. Sejarah menunjukkan penarikan mundur pasukan asing bukanlah akhir dari lingkaran kekerasan di Afghanistan.

Di akhir dekade 80an, Uni Soviet menarik pasukannya dari Afghanistan setelah kurang lebih 10 tahun berperang melawan kelompok Mujahidin. Bukannya menikmati perdamaian, rakyat Afghanistan justru terjebak dalam perang saudara yang berlarut-larut. Faksi-faksi yang ada di negeri Asia Tengah tersebut saling bertarung memperebutkan kekuasaan. Taliban pada akhirnya berhasil mengontrol sebagian besar wilayah Afghanistan.

Hidup di bawah kekuasaan Taliban bukan pula hal yang menyenangkan. Pemerintahan Taliban diwarnai rangkaian pelanggaran hak asasi manusia. Diskriminasi dialami oleh perempuan dan kelompok minoritas. Afghanistan menjadi negara pariah di dunia.

Selama sekitar 20 tahun keberadaan militer AS di Afghanistan, warga lokal relatif menikmati kebebasan. Namun, kebebasan itu dibangun di atas fondasi yang rapuh. Korupsi dan masalah sosial-politik terus merajalela. Militer AS juga gagal membasmi Taliban hingga ke akar-akarnya.

Krisis yang sekarang terjadi di Afghanistan merupakan bukti kegagalan intervensi asing dalam mengubah kondisi suatu negara. Proses demokratisasi tidak bisa didikte kekuatan asing melalui invasi militer. Tanpa faktor-faktor pendukung dalam negeri itu sendiri, upaya demokratisasi sulit bertahan lama. Bukannya memperbaiki keadaan yang ada, intervensi asing justru memperpanjang ketidakpastian di Afghanistan.

Sumber https://m.medcom.id/amp/zNPOWMPK-taliban-menanti-usai-as-angkat-kaki

Comments