Duta Besar Hungaria Judit Pach: Radikalisme Tidak Ada Kaitannya dengan Agama

Redaksi


IDNBC.COM -
Berada di dataran rendah Carpathian yang khas di tengah benua Eropa, sejak ribuan tahun lalu Hungaria telah menjadi titik pertemuan berbagai bangsa, dari Magyar, Celtic, Roman, Jerman, Huns, Slavia, Avars, dan sebagainya. Negeri ini mulai dikenal sebagai entitas politik di akhir abad ke-9 ketika Pangeran Hungaria Arpad menguasai dataran rendah Carpathian.


Dari tahun 1541 sampai 1699 sebagian wilayah negeri ini diduduki Turki Usmaniah. Lalu di abad ke-18 dikuasai Emporium Habsburg Jerman dan di awal abad ke-20 bersama Austria membentuk Emporium Austro-Hungaria yang merupakan salah satu major power pada masa itu.

Setelah kekalahan pada Perang Dunia Pertama, wilayah Hungaria modern ditentukan dalam perjanjian di Istana Trianon, Versailles, Prancis, di bulan Juni 1920.

Di arena Perang Dunia Kedua, Hungaria kembali bergabung dengan Jerman, dan kembali kalah di tahun 1945. Kekalahan kali ini membuat Hungaria menjadi satelit Uni Soviet sebagai Republik Rakyat Hungaria sampai terbentuknya Republik Ketiga Hungaria di tahun 1990 yang mengakhiri kekuatan kubu komunis. Hungaria bergabung dengan Uni Eropa pada 2004 dan kini menjadi salah satu negara yang menonjol secara ekonomi di Eropa.

Republik Merdeka mewawancarai Duta Besar Hungaria, Judit Pach, bulan Januari lalu, di kantornya di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Judit Pach sudah lima tahun bertugas di Jakarta. Wanita kelahiran Vac, 25 Januari 1983 ini tercatat sebagai Duta Besar termuda yang bertugas di Indonesia. Saat dilantik sebagai Duta Besar usianya baru 32 tahun. Alumni Universite March Bloch de Starsboroug dan Budapest Business School itu juga merupakan salah seorang Duta Besar negara sahabat yang aktif memperkuat hubungan dengan Indonesia.

Hal pertama yang disampaikan Dubes Pach adalah kerjasama antara pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan perusahaan asal Hungaria, Roatex, Ltd. dalam pembangunan Sistem Transaksi Tol Nontunai Nirsentuh Berbasis Multi Lane Free Flow (MLFF). Setelah itu, Dubes Pach membagi pengalaman negaranya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Hal-hal berikutnya yang dibicarakan adalah hubungan bilateral kedua negara dan beberapa isu di kawasan dan arena global.

Berikut petikannya:



Kelihatannya Anda tidak asing dengan wartawan dan media…

Sebelum ditugaskan sebagai Dutabesar Hungaria di Jakarta tahun 2015, saya pernah menjadi Jurubicara Presiden (2005-2011) juga pernah memimpin Departemen Komunikasi Internasional di kantor Perdana Menteri (2012-2014). Jadi saya memang sangat familiar dengan kerja wartawan dan media.

Kami punya banyak cerita untuk dibagikan, termasuk pencapaian (achievement) kemarin malam, dimana perusahaan Hungaria, Roatex Ltd., akan menjadi pihak yang mengimplementasikan sistem Multi Lane Free Flow (MLFF) e-toll di Indonesia. Keputusan ini sudah dibuat, tetapi baru akan dibuka kepada masyarakat umum pada tanggal 15 Januari.

Bagaimana sistem ini bekerja?

MLFF adalah sistem e-toll yang spesial yang menggunakan Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk mencatat data kendaraan saat didaftarkan. Tidak ada gerbang tol (toll plaza), melainkan gentry yang di atasnya ada kamera untuk mendeteksi nomor kendaraan secara otomatis. Anda tidak perlu mengurangi kecepatan (slow down). Anda masih bisa melintasi gentry dengan kecepatan 120 kilometer per jam.

Juga akan ada pintu exit dimana polisi yang bertugas bersiaga untuk mengeluarkan kendaraan (yang tidak dikenali atau melakukan pelanggaran). Mereka mendapatkan laporan secara langsung.

Sistem ini juga dapat digunakan untuk mengontrol nomor kendaraan ganjil dan genap. Gentry juga dapat digunakan untuk mengawasi truk. Biasanya truk membayar lebih mahal karena ukuran mereka lebih besar dan lebih berat.

Gentry juga dapat memeriksa apakah Anda kebut-kebutan (speeding up) atau tidak. Juga apakah Anda sudah membayar pajak. Intinya sistem ini memiliki kemampuan menghitung yang sangat spesifik. Sistem ini akan langsung mengenali bila Anda belum melakukan pembayaran dan Anda akan dikirimi surat pemberitahuan.

Sistem ini akan disesuaikan (tailor-made) dengan situasi di Indonesia dan akan dipasang di seluruh tol di Indonesia. Ini baru diputuskan. Tahun ini mereka akan mengerjakan beberapa bagian. Ini akan dikerjakan secara gradual karena membutuhkan waktu.

Di Indonesia saat ini ada beberapa cara pembayaran. Ada juga yang menggunakan On Board Unit (OBU) tapi tidak bekerja baik. Di Indonesia Anda memiliki beberapa cara untuk membayar tol, dan beberapa bank yang terlibat.

Sistem ini akan membuat Anda memiliki sistem e-toll yang terintegrasi.

Juga selama ini hanya perusahaan tol yang dapat melaporkan berapa pendapatan mereka dalam setahun. Sementara pemerintah dan Kementerian PUPR tidak dapat mengetahui apakah itu angka yang sebenarnya, karena tidak memiliki sistem untuk mendata yang memadai seperti berapa banyak kendaraan yang menggunakan tol, dan sebagainya.

Sistem ini juga expandable. Anda bisa menggunakannya untuk e-tolling, tapi juga bisa ditambahkan untuk law enforcement bila seseorang ngebut di jalan, dan tindakan-tindakan lain yang melawan hukum. Anda dapat memanfaatkan big data-nya.

Apakah MLFF sama seperti ERP yang telah digunakan di Singapura sejak era 1990an?

Ini lebih maju dari ERP (Electronic Road Pricing). GNSS saat ini adalah sistem terbaik untuk e-toll. Kita harus mengembangkan dan mengimplementasikan secara gradual. Anda perlu hati-hati karena saat ini struktur tol yang ada sama sekali berbeda. Perlu untuk membuat masyarakat memahami cara kerja sistem ini, misalnya bagaimana mereka membayar, apa yang harus mereka install, dan bagaimana implementasinya. 

Pandemi Covid-19 masih menghantui dunia. Bagaimana perkembangannya di Hungaria?

Situasinya terus berubah. Saat ini (Januari 2021) angka kasus di Hungaria menurun sedikit. Kami mengimplementasikan aturan yang sangat ketat. Hungaria termasuk negara pertama yang mengimplementasikan peraturan ketat untuk publik pada bulan Maret 2020. Kami misalnya menutup bar, restoran, dan sebagainya. Hungaria juga termasuk negara pertama yang mengimplementasikan paket ekonomi untuk menghadapi pandemi.

Untuk menyelamatkan masyarakat dan perusahaan, kami memiliki peraturan yang khusus. Kami tidak memberikan subsidi langsung. Tetapi kami mendorong perusahaan untuk mempertahankan pekerjanya. Masalah utama dalam krisis adalah banyak orang yang diberhentikan dari pekerjaan (lay off). Lalu mereka (pekerja) kehilangan pendapatan mereka. Ini terjadi di beberapa sektor seperti industri pariwisata, terutama pelaku usaha kecil dan menengah.

Apa yang kami lakukan? Di Hungaria ada banyak investor. Kami katakan kepada mereka, “Kalau Anda pertahankan pekerja Anda, Anda akan mendapatkan subsidi.” Intinya, kami mendorong agar perusahaan tidak mengurangi pekerja mereka.

Kami memperkenalkan banyak kebijakan lagi. Yang jelas saat ini penurunan GDP Hungaria termasuk yang paling rendah. Kami memiliki beberapa program yang mengalihkan tenaga kerja dari industri pariwisata kepada industri barang kebutuhan yang lebih mendasar. Intinya kami memastikan bahwa masyarakat dan rumah tangga (house hold) tetap memiliki pendapatan yang mencukupi.

Kami menghadapi gelombang pertama pandemi dari bulan Maret (2020) sampai bulan Mei dan Juni (2020). Di bulan Juni keadaan lebih baik. Dari bulan Juni sampai bulan Agustus kami memiliki keadaan yang baik, semua dibuka dan kegiatan dilakukan di luar rumah. Jumlah kasus baru juga tidak tinggi. Di bulan September dan Oktober gelombang kedua dimulai dan di bulan November dan Desember mulai tinggi.

Umumnya di Eropa kami sudah menghadapi dua gelombang, dan saat ini adalah akhir dari gelombang kedua. Ada juga yang mengatakan kami akan menghadapi gelombang ketiga. Tetapi kita akan lihat dengan program vaksinasi yang sedang dilakukan bagaimana keadaannya nanti.

Apakah Hungaria juga mengembangkan vaksin sendiri?

Vaksin yang diproduksi Pfizer dikembangkan oleh orang Hungaria. Pfizer bekerjasama dengan BioNTech mengembangkan sistem yang spesial yang disebut MLNS (Mediastinal Lymph Nodes Sampling).

Biasanya saat Anda menerima vaksinasi yang disuntikkan adalah versi yang lebih jinak (softer version) dari virus. Adapun vaksin baru yang dikembangkan Pfizer menggunakan teknologi baru. Anda tidak mendapatkan softer version dari virus, tetapi Anda mendapatkan MLNS yang menjadi semacam penyampai pesan (messenger) yang memasuki tubuh Anda sehingga Anda memproduksi protein yang tampak seperti virus agar sel darah putih Anda terbiasa menghadapinya. Dengan cara ini Anda tidak akan mendapatkan virus yang sudah dilemahkan, tetapi Anda akan mendapatkan semacam kode dari virus, dan tubuh Anda akan mempersiapkan reaksi imunitas terhadap kode itu.

Ini teknologi yang sama sekali baru, dan teknologi ini dikembangkan oleh ilmuwan Hungaria. Dia tinggal di Amerika Serikat dan merupakan Wakil Presiden BioNTech. Namanya Katalin Karikó dan saat ini sangat terkenal. Kalau Anda google “Vaksin MLNS BioNTech”, Anda akan menemukan namanya. Dia adalah orang yang selama bertahun-tahun bekerja untuk mengembangkan sistem pengantar pesan LNS.

Apakah itu vaksin utama yang digunakan Hungaria?

Kami masih melihat berbagai opsi yang ada.

Apakah Hungaria sudah memulai proses vaksinasi?

Belum. Akhir tahun lalu (2020) Uni Eropa baru menyetujui penggunaan vaksin produksi BioNTech. Kami di Eropa sangat ketat. Obat-obatan yang digunakan pertama-tama harus disetujui Uni Eropa. Dan otoritas kesehatan kami juga harus memeriksa dan menyetujuinya.

Jadi sejauh ini, di Eropa baru vaksin Pfizer BioNTech yang disetujui Uni Eropa. Mereka disetujui sekitar tanggal 20 Desember. Sekarang setiap negara anggota Uni Eropa tengah melakukan pengujian untuk digunakan di negara masing-masing.

Sejauh ini berapa banyak jumlah korban akibat Covid-19 di Hungaria?

Saya harus memeriksa datanya terlebih dahulu. (Data yang diperoleh dari WorldoMeters.Info menyebutkan hingga akhir Desember 2020, negara dengan 10 juta jiwa penduduk ini memiliki 322 ribu kasus Covid-19 dengan sekitar 9.500 angka kematian. Saat wawancara ini diterbitkan pada pertengahan Mei 2021, jumlah kasus Covid-19 di Hungaria sebanyak 797 ribu kasus, dan jumlah kematian sekitar 29 ribu jiwa.)

Bagaimana Anda melihat penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia?

Hal pertama yang harus kita sadari adalah bahwa pandemi ini ada, dan ini adalah persoalan yang sangat besar dan berdampak pada kehidupan kita semua. Saya percaya Indonesia menghadapi dan menangani pandemi ini dengan baik, dengan mempertimbangkan bahwa Indonesia adalah negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia yang memiliki jumlah pulau yang begitu banyak dan membutuhkan dukungan infrastruktur. Saya lihat banyak orang  Indonesia yang sangat disiplin melaksanakan protokol kesehatan. PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) juga sudah dilakukan sejak lama.

Di Hungaria dan negara-negara Eropa umumnya pada musim panas yang lalu (2020) ada relaksasi. Di Hungaria ketika itu menggunakan masker hanya diwajibkan saat Anda berada di tempat seperti supermarket. Sementara di jalanan, di bar dan restoran terbuka Anda tidak perlu menggunakan masker.

Seperti yang saya katakan tadi kepada Anda, di musim panas tahun lalu gelombang pertama berakhir. Di musim panas itu banyak negara yang melakukan relaksasi. Anda hampir-hampir tidak melihat perbedaan dengan keadaan sebelum Maret (2020). Tentu saja tidak banyak turis, tetapi Anda dapat mendatangi restoran dengan normal, duduk di kerumunan, berjalan-jalan, shopping, semua dibuka, dan semua dapat diakses. Anda hanya wajib mengenakan masker saat di supermarket atau saat menggunakan transportasi publik.

Kita beralih ke isu bilateral kedua negara. Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban telah mengunjungi Jakarta sebanyak dua kali, di bulan Februari 2016 dan Januari 2020. Sepertinya Indonesia adalah salah satu negara negara yang spesial bagi Hungaria…

Indonesia spesial terlebih karena beberapa tahun terakhir Hungaria memberikan penekanan khusus pada kawasan Asia Tenggara. Sejak tahun 2014, kami memiliki pendekatan kebijakan luar negeri yang spesial, yang kami sebut Membuka Diri ke Timur (Opening Toward the East). Artinya, kami ingin mengintensifkan hubungan dengan Asia.

Karena sebelum itu, khususnya negara-negara di Eropa Tengah, sangat tergantung pada kawasan Eropa Barat dan kami sangat aktif di kawasan. Dan terkait kebijakan luar negeri sebelumnya, kami lebih tertarik pada hubungan Trans Atlantik, antara Eropa Barat dan Amerika, dibandingkan dengan belahan dunia lainnya.

Di tahun 2014, Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto, saat itu masih bertugas sebagai Penasehat Perdana Menteri Viktor Orban, mengatakan, “Ekonomi Hungaria adalah yang paling stabil di Uni Eropa, karena Hungaria adalah negara Uni Eropa dengan GDP paling tinggi. Sementara kawasan Eropa Tengah mengalami pertumbuhan secara konstan. Kerjasama Trans Atlantik penting, tetapi kita harus menemukan jalan baru dan harus menemukan partner baru. Kita perlu menemukan kawasan dengan potensi pertumbuhan tinggi yang dapat kita jadikan partner.”

Kami bergerak dari titik itu, kami memulai diplomasi ekonomi, dan kami memiliki kebijakan luar negeri yang spesial ini untuk menemukan partner baru di Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara.

Hungaria memiliki hubungan luar negeri yang sangat kuat dengan China dan juga Rusia. Tetapi di Asia Tenggara, partner utama kami adalah Indonesia. Kami menganggap Indonesia sebagai partner yang sangat-sangat penting.

Dalam lima tahun terakhir sejak saya menjadi Dutabesar di Indonesia, hubungan ekonomi kita meningkat. Di samping proyek yang sudah saya jelaskan tadi kepada Anda, masih ada beberapa proyek besar lain. Intinya, dalam hal diplomasi bisnis kami mengerjakan banyak hal. Saya percaya Kemlu RI saat ini juga sangat kuat dalam hal diplomasi ekonomi dan perdagangan.

(Dubes Pach juga mengatakan, ketika menerima kunjungan kerja Perdana Menteri Viktor Orban di bulan Januari 2020, Presiden Joko Widodo menyampaikan rencana mengunjungi Hungaria di bulan Mei 2020. Tapi rencana itu tidak terlaksana karena pandemi Covid-19.)

Apa yang didapatkan Hungaria dari Indonesia?

Saat kita berbicara tentang hubungan bisnis, kita akan berbicara tentang volume perdagangan. Volume perdagangan kedua negara masih sekitar 200 juta dolar AS. Ini tidak banyak. Tetapi bila Anda melihat perdagangan klasik, Anda akan melihat komoditas. Saat ini komoditas terbesar yang diekspor Indonesia ke Hungaria adalah karet, produk-produk mesin, dan hasil tekstil.

Umumnya produk-produk ini memiliki nilai tambah yang rendah dan merupakan produk mentah (raw products). Namun ketertarikan pada produk-produk ini secara konstan mengalami peningkatan. Produk minyak kelapa, santan dan minyak sawit yang ada di Hungaria hampir 100 persen diimpor dari Indonesia.

Sejak kapan Hungaria mengekspor produk-produk itu dari Indonesia?

Sudah sejak beberapa dekade yang lalu.

Apakah itu impor langsung?

Ya, itu langsung. Masalahnya saat ini, kebanyakan produk Indonesia dikapalkan ke Eropa melalui pelabuhan-pelabuhan di Eropa Barat. Komoditas itu biasanya dikapalkan ke Rotterdam, Belanda. Dari Rotterdam tidak mudah untuk mencapai Eropa Tengah. Permintaan terhadap produk-produk Indonesia di Eropa Tengah meningkat. Eropa Tengah adalah pasar yang sangat besar.

Ada satu pertanyaan yang saya suka dan kalau saya ke kampus-kampus saya tanyakan kepada mahasiswa. Saya bertanya, saat ini negara mana yang Anda percaya memiliki ekonomi terkuat di Eropa, atau yang memiliki GDP tertinggi. Umumnya mereka menjawab Prancis, Jerman, juga terkadang Inggris sebelum Brexit.

Anda sangat salah, karena negara Eropa dengan performa ekonomi tertinggi saat ini ada di Eropa Tengah. Negara dengan kondisi ekonomi terbaik saat ini seperti Hungaria, Slovakia, Czech, Polandia, dan Kroasia. Inilah negara-negara yang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan household yang stabil. Ini adalah tendensi sekarang.

Eropa Barat sedang menghadapi banyak krisis sosial dengan banyak persoalan di sana. Anda melihat ada banyak kerusuhan, keamanan terganggu (perished) sehingga Anda tidak akan mau berada di jalanan. Sementara Budapest disebut sebagai kota paling aman di Eropa. Di Budapest Anda dapat keluar pada  jam 3 pagi atau tengah malam, dan Anda tidak akan diganggu. Tidak ada perasaan negatif (negative feelings) terhadap orang asing, tidak ada Xenophobia. Tidak ada hal-hal seperti itu.

Saat ini dalam empat tahun berturut-turut, foreign direct investment (FDI) tertinggi di Hungaria. Tidak sedikit perusahaan dari Korea Selatan, India, dan China yang berinvestasi di Hungaria.

Anda mengatakan tidak ada Xenophobia di Hungaria. Bagaimana dengan Islamophobia?

Tidak ada. Tidak ada isu seperti itu. Hungaria negara yang terbuka. Tetapi kami juga memiliki kebijakan imigrasi yang sangat ketat. Kami menentang institusionalisasi migrasi massal (mass migration). Sebagai sebuah negara kami senang menyambut imigran. Tetapi ada perbedaan antara pengungsi (refugee) dan pendatang (immigrant). Untuk refugee, Anda perlu membuktikan bahwa Anda benar-benar refugee.

Kalau Anda datang ke sebuah negara karena Anda percaya di negara itu Anda memiliki kondisi kehidupan yang lebih baik, Anda bukan refugee, Anda adalah immigrant. Lalu sebagai sebuah negara berdaulat, kami (Hungaria) memiliki hak untuk memutuskan apakah kami menerima Anda atau tidak.

Ini sangat sederhana. Seperti misalnya ada seseorang yang mengetuk rumah Anda. Dia mengatakan: “Saya ingin tinggal bersama Anda karena saya lihat Anda memiliki rumah yang sangat bagus.”

Tentu Anda akan bertanya kepada dia, “Apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu saya di rumah saya. Apakah Anda benar-benar bisa menjadi warganegara yang baik di tempat saya?”

Kalau Anda jawab “iya”, dan saya merasa kehadiran Anda akan berguna untuk tempat tinggal saya, maka saya akan menerima Anda.

Kami sangat menolak (mass migration), ini adalah isu yang sangat kompleks, karena Uni Eropa ingin menggunakan sistem kuota yang mengatakan bahwa negara-negara tertentu perlu menerima mass migration. Kami (Hungaria) mengatakan, “Tidak, kami tidak menerima itu. Kami akan melakukan seleksi dengan cara kami sendiri.”

Di negara kami, kami tidak memiliki persoalan dengan Xenophobia. Kami tidak punya persoalan dengan Islamophobia. Tetapi kami hanya bisa menampung jumlah tertentu imigran yang dapat dikelola (maintain) masyarakat kami.

Apa yang Anda lihat di Prancis dan Jerman terjadi karena ada begitu banyak imigran yang datang, tanpa ada asimilasi. Mereka (imigran) tinggal di ghetto, dan kelompok masyarakat utama (main society) menolak mereka. Maka terjadi ketegangan dan perkelahian secara konstan, dan akhirnya terjadi bentrokan (clash) yang besar antara kelompok masyarakat pendatang dengan masyarakat asli.

Anda perlu mengintegrasikan mereka (imigran). Dengan jumlah imigran yang begitu besar, tidak ada rencana integrasi yang terukur.

Seperti contohnya di Budapest. Untuk urusan gastronomi, siapapun tahu bahwa daging terbaik bisa Anda dapatkan di tukang daging (butcher) Muslim. Dan Anda tahu dengan pasti dimana toko yang menyediakan rempah-rempah terbaik dari Turki, dari India. Juga ada pertokoan yang disebut Asia Shop dimana Anda bisa menemukan lemon grass yang segar dan sebagainya, dan masyarakat Budapest menyukainya. Ini adalah bagian dari Budapest.

Jadi, Anda juga memiliki komunitas Muslim di Hungaria?

Ya, tentu saja. Kami memiliki tiga atau empat masjid di Budapest.

Apakah pengalaman bertugas di Indonesia adalah kali pertama Anda bersosiaslisi dengan masyarakat Muslim dalam jumlah yang besar?

Saya rasa iya. Sebelum ini saya tidak pernah tinggal di tempat dengan masyarakat Muslim yang besar.

Di Indonesia saat ini, isu radikalisme kembali muncul. Bagaimana menurut Anda?

Radikalisme adalah hal buruk. Terlepas dari sisi manapun Anda melihatnya. Anda bisa melihatnya dari sisi kelompok far right Kristen, Anda bisa melihatnya dari sisi kelompok radikal Islam. Ini tidak ada kaitannya dengan agama. Ini tidak ada kaitannya dengan budaya. Radikalisme tidak pernah menjadi jawaban untuk apapun. 

Saya juga melihat radikalisme, termasuk kelompok ekstrem kanan di Eropa, memarjinalkan anak-anak dan perempuan. Saya percaya, ini (radikalisme) sangat-sangat berbahaya.

Kembali ke isu bahwa negara-negara Eropa Tengah memiliki performa ekonomi yang relatif lebih baik di seluruh kawasan Eropa. Apakah ini ada kaitannya dengan pengalaman di masa lalu saat berada di Blok Timur?

Tidak ada kaitannya dengan hal itu. Blok Timur bekerja dengan sistem ekonomi yang sama sekali berbeda. Bahkan membuat hidup rakyat lebih sulit.

Saya tidak pernah benar-benar mengalami kehidupan di era Blok Timur. Saya masih sangat muda, baru berusia enam tahun ketika Uni Soviet bubar dan Hungaria akhirnya menjadi negara independen. Jadi saya tidak punya pengalaman pasti mengenai itu.

Tetapi Anda perlu melihatnya seperti ini. Selama masa rezim komunis dan ketika Uni Soviet menguasai Blok Timur, mereka menerapkan sistem ekonomi terencana (planned economy). Menurut ekonomi terencana, pasar (market) tidak menentukan supply and demand. Misalnya begini, (Uni Soviet) mengatakan, “Hungaria, kalian bagus dalam hal memproduksi mesin, jadi tugas kalian hanya memproduksi bis. Dan kalian direncanakan memproduksi ratusan ribu bis dalam satu tahun.”

Tidak peduli apakah akan ada pembeli, atau apakah ada permintaan (demand). Itulah ekonomi terencana.

Begitu juga di sektor pertanian. Mereka menempatkan semua orang di pertanian kolektif, dan mengatakan, “Tidak ada satu hal pun yang merupakan milik Anda. Tidak ada keuntungan (gain) pribadi, tidak ada kerugian (lost) pribadi. Anda dapat melakukan apapun yang Anda inginkan, kita lakukan secara bersama-sama (collectively).” Dan tentu saja lama kelamaan sistem menjadi korup dan semua orang bermain-main dengan angka.

Dan ketika masyarakat tidak secara individual terlibat, mereka tidak termotivasi, mereka kehilangan visi, performa pun tenggelam. Juga, karena itu tidak berdasarkan kebutuhan pasar, kualitas produk sangat buruk. Itu sebabnya lama kelamaan masyarakat mencari produk-produk dari Barat yang lebih berkualitas karena ekonomi pasar berfungsi.

Produk yang bisa bertahan dan dibeli orang hanyalah produk yang berkualitas. Kalau produk Anda tidak berkualitas, saya tidak akan mau membeli. Kalau produk Anda berkualitas, saya mungkin akan membeli dengan harga yang lebih tinggi. Ini cara kerja ekonomi pasar.

Dalam sistem ekonomi terencana, tidak peduli kualitas produk, akan di-takeover negara. Akhirnya semua perusahaan menjadi bangkrut. Tidak ada uang yang tersisa. Perdagangan hanya terjadi di antara negara-negara Blok Timur dan negara-negara yang loyal pada Uni Soviet. Mereka yang membeli produk-produk ini.

Beberapa produk bagus, misalnya bis dan bola lampu Tungsram yang diproduksi Hungaria. Tetapi secara keseluruhan cara kami menghadapinya sungguh berat.

Lalu ketika Uni Soviet runtuh (collapsed) dan Blok Timur bubar (dissolved), kami menghadapi persoalan baru. Seperti yang yang juga terjadi di Indonesia, perusahaan-perusahaan besar dari Barat datang. Mereka mengatakan, “Kami melihat Anda memiliki sumber daya alam, Anda punya perusahaan. Jangan khawatir, kami akan take over. Kami akan menjalankan bisnis untuk Anda, kita akan beruntung.”

Mereka menjual berkotak-kotak solusi. Dan setiap orang sangat tertarik, dan berkata, “Wow, ini teknologi Barat. Mereka memiliki produk yang bagus.”

Tentu saja setelah itu kita menjual kepada mereka. Lalu mereka membeli pabriknya, membeli produksinya, dan membeli material dasar milik Hungaria dengan harga sangat murah. Mereka memproduksi sesuatu dengan nilai tambah yang tinggi, lalu mereka menjualnya untuk mendapatkan untung, dan mereka membawa keuntungan keluar dari negara kami.

Ini adalah pelajaran yang sangat besar bagi kami. Tentu saja kami ingin beradaptasi dengan sistem ekonomi pasar. Kami ingin memiliki perusahaan besar seperti yang dimiliki Barat. Tetapi mereka hanya memanfaatkan (using) kami. Anda tahu, ini kasus yang sangat sering terjadi. Tidak selalu seperti itu, tetapi banyak kasus seperti itu.

Sejujurnya, polanya sama dengan apa yang terjadi di sini, di Indonesia. Ada banyak investor yang datang ke sini karena upah pekerja masih rendah, dan banyak sumber daya alam. Tetapi sesungguhnya mereka tidak bekerjasama. Mereka sesungguhnya tidak memberikan kembali (keuntungan) ke Indonesia.

Untuk kasus kami saat ini, kami melakukan bisnis dengan cara yang sangat berbeda. Kami katakan, “Kita membangun bersama. Kami memberikan solusi yang sesuai untuk Anda (tailor-made).”

Kembali ke persoalan tol, contohnya, saya bisa menyampaikan kepada Anda bagaimana sistem itu bekerja di Hungaria. Kami tidak menjual solusi mati (dead solution) di sini. Kita bekerjasama, dan sejak beberapa tahun lalu kami melakukan banyak pembicaraan dengan Jasa Marga, Kementerian PUPR, dan semua stake holders di Indonesia. Kami melakukan dua visibility study besar untuk melihat apa yang bisa menjadi solusi terbaik bagi Indonesia. Dalam implementasi kami akan berkerjasama dengan Telkom, dengan BNI, dengan stake holders lain. Mereka yang akan mengerjakan pengembangan. Ini pola kerjasama yang umum, dan kita berdua akan sama-sama tumbuh.

Tadi Anda mengatakan bahwa Hungaria juga sempat mengalami masa di mana perusahaan-perusahaan Barat datang ke Hungaria dan hanya memanfaatkan Hungaria. Kapan Hungaria mengambil keputusan untuk mengubah situasi ini?

Prosesnya dimulai pada 2010. Di tahun itu Hungaria mengalami situasi yang sangat mirip seperti yang dialami Yunani. Kami mendekati kebangkrutan, kami memiliki utang pada International Monetary Fund (IMF). Intinya ekonomi kami dalam situasi yang sangat buruk.

Lalu Perdana Menteri Viktor Orban terpilih dalam pemilihan umum. Dia memiliki Menteri Ekonomi yang sangat baik, yang sekarang memimpin Bank Nasional Hungaria, Gyorgy Matolscy. Dia memiliki kebijakan ekonomi yang tidak orthodox, yang pada masa itu mengundang banyak kritik. Tetapi, itu terbukti sebagai keputusan yang baik. Empat tahun setelah kami mendekati kebangkrutan, kami menendang (kick out) IMF. Kami mengumpulkan semua uang dari anggaran dan kami bayar utang kami pada IMF sekaligus.

Masalahnya dengan IMF adalah, mereka percaya pada tindakan-tindakan pengetatan (austerity measures). Mereka percaya dengan international probation, dan mereka meminta kami berkerjasama dengan perusahaan internasional besar.

Anda tahu, utang selalu datang dengan perusahaan yang harus Anda jadikan partner dalam kerjasama, dan kebijakan-kebijakan austerity yang diterapkan menjadi beban bagi masyarakat.

Kami katakan, “Lihat house hold kami tidak dapat bertahan lagi. Kami tidak akan menaikkan pajak. Kami tidak akan meningkatkan pendapatan untuk pemerintah. Kami akan membayar utang kami, dan kami akan melakukan cara kami.”

Kami tendang IMF, dan setelah itu kami melakukan seleksi yang sangat ketat untuk memilih investor internasional yang masuk ke Hungaria.

Untuk investor yang bergerak di sektor publik, seperti telekomunikasi dan bank, yang beroperasi dengan jumlah tenaga kerja yang kecil, tidak membagi teknologi tetapi membawa keuntungan keluar Hungaria dan memonopoli pasar, kami naikkan pajak mereka. Kami membuat mereka membayar lebih banyak.

Kami katakan, “Anda membuat keuntungan yang besar, maka Anda membayar lebih banyak kepada kami. Silakan pilih, apakah Anda membayar lebih banyak, karena terus terang saja Anda tidak banyak memberikan kepada masyarakat kami, atau Anda boleh pergi.”

Lalu semua orang terkejut dan bertanya-tanya bagaimana mungkin kami melakukan hal seperti itu pada investor asing? Tapi kami katakan bahwa kami hanya memilih (selecting).

Sementara investor lain yang bergerak di sektor manufaktur, seperti perusahaan otomotif Audi, Mercedez, dan lainnya, yang membangun kawasan industri besar, mempekerjakan tenaga kerja Hungaria dalam jumlah besar, bekerjasama dengan universitas Hungaria dalam riset dan pengembangan, memproduksi mobil di sini dan mengekspornya dari Hungaria, sangat kami sambut. Itu sebabnya kami memiliki FDI yang sangat tinggi.

Sementara untuk yang mengambil keuntungan saja, kami katakan, “Tidak, kami tidak butuh Anda. Terima kasih.”

Hal lain lain yang juga penting terjadi di sektor sumber daya alam, seperti energi dan air. Kami sempat memberi kesempatan perusahaan asing. Contohnya, water supply dan  energy supply yang sempat dikontrol asing kami beli kembali. Karena ini adalah national utilities, kami perlu menentukan harga untuk komoditas ini. Sampai sekarang pemerintah yang mengontrol harga listrik dan air.

Jadi bagaimana Anda menyebut sistem ekonomi yang dipraktikkan Hungaria ini? Apakah ini sosialisme?

Ini tidak punya nama. Ini sistem yang kompleks. Ini bukan sosialisme, ini sistem ekonomi pasar. Kami mengurangi tekanan pada rumah tangga (house hold) dalam rangka mendorong belanja. Karena kalau Anda mengurangi austerity measure pada rumah tangga, mereka akan memiliki daya beli yang lebih tinggi. Anda akan memiliki pasar domestik yang lebih kuat.

Hungaria bergabung dengan Uni Eropa di tahun 2004. Ketika itu banyak yang melihat Uni Eropa sebagai blok yang kuat. Tetapi belakangan kita melihat banyak persoalan yang terjadi, seperti yang Anda sampaikan tadi. Sampai Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa. Bagaimana Anda melihat Uni Eropa sebagai satu blok?

Saya tidak melihat Uni Eropa sebagai satu blok. Kami adalah persatuan (union), dimana kami memiliki nilai yang sama, dan kebijakan yang sama. Kami memiliki banyak hal yang sama. Tetapi perlu diingat, kami adalah kumpulan negara-negara berdaulat. Uni Eropa adalah persatuan besar yang kompleks (a huge complex union).

Saya percaya bahwa kasus Brexit memperlihatkan ada keraguan terhadap Uni Eropa. Banyak warga Eropa mulai mempertanyakan apakah Uni Eropa benar-benar bagus atau tidak.

Di awal 2000an ada keyakinan yang besar (terhadap Uni Eropa), bahwa Uni Eropa adalah hal terbaik yang dapat kami miliki. Ini adalah persatuan yang luar biasa (amazing), setiap orang mendukung Uni Eropa sebagai grup ekonomi yang kuat. Tetapi saat ini, pandangan ini berkurang (diminished). Banyak persoalan yang terjadi, yang memperlihatkan Uni Eropa perlu direformasi dan berubah. Ada beberapa pertanyaan ketika sebuah negara ingin mempertahankan kedaulatannya. Karena negara-negara anggota tetap memiliki keinginan bebas (free will).

Ini seperti hidup di tengah satu keluarga. Anda bekerjasama di dalam satu keluarga, dan Anda tahu ada kepentingan yang sama. Tentu saja ada juga pertengkaran. Terkadang Anda mempertanyakan kepemimpinan di dalam keluarga apakah melakukan hal yang baik.

Brexit  seperti air mandi yang dingin (cold shower) yang membuat Uni Eropa benar-benar sadar. Sebab, kalau ada satu negara yang merasa mereka bisa lebih baik tanpa union, maka itu berarti ada yang tidak benar di union.

Ada beberapa di Uni Eropa, seperti negara-negara Skandinavia di utara atau negara di Eropa Tengah yang dalam beberapa kasus berdiri bersama dan menentang keputusan Brussel dan mengatakan, “Kami tidak mau ini.”

Bagaimana Anda melihat posisi Amerika Serikat setelah pergantian pemerintahan dari Donald Trump kepada Joe Biden?

Kita masih perlu melihat apa yang akan dilakukan Presiden Joe Biden. Sulit untuk berspekulasi saat ini. Presiden Trump sangat strict dan banyak kebijakannya yang dipertanyakan. Tetapi saya percaya itu (kebijakan luar negeri Trump) pragmatis. Dia tahu apa yang dikatakannya untuk Amerika Serikat.

Saat ini dengan Joe Biden, nanti kita lihat bersama.

Bagaimana Anda melihat trade war antara Republik Rakyat China dan Amerika Serikat? Apakah Hungaria terdampak?

Semua negara terdampak dengan caranya sendiri. Mana yang akan mempertahankan hubungan baik dengan kedua negara, akan kita lihat nanti.

Apakah investasi China di Hungaria juga cukup besar?

Tentu saja. Bank of China mulai beroperasi di Hungaria baru-baru ini. Kami memiliki komunitas China yang besar. Juga komunitas India. Investor terbesar kami adalah dari Korea Selatan.

Bulan Maret tahun lalu Anda membantu kepulangan warganegara Hungaria di Indonesia. Kelihatannya ada banyak warganegara Hungaria yang tinggal di Indonesia.

Benar. Ada yang bekerja di Indonesia, ada yang belajar. Mereka yang belajar umumnya mendapatkan beasiswa Darmasiswa yang ditawarkan pemerintah Indonesia kepada mahasiswa asing untuk mempelajari budaya Indonesia. Juga ada mahasiswa Hungaria yang belajar hukum, hubungan internasional, dan antropologi.

Bagaimana dengan mahasiswa dari Indonesia yan belajar di Hungaria?

Saat ini ada lebih dari 200 mahasiswa Indonesia yang belajar di Hungaria. Kami menawarkan 100 beasiswa setiap tahun untuk mahasiswa Indonesia. Kami menawarkan program beasiswa itu untuk banyak negara di Asia, dan setiap negara memiliki kuota. Untuk Malaysia kami menawarkan 50 beasiswa. Untuk China kami juga menawarkan 100 beasiswa. Ini tergantung permintaan.

Ini program yang sangat baik. Kami mencari mahasiswa terbaik. Beasiswa yang diberikan full time selama mereka kuliah. Mereka belajar di Hungaria sekitar tiga tahun. Mereka juga mendapatkan biaya hidup. Beberapa dari mereka setelah lulus bekerja untuk perusahaan Indonesia di Hungaria. TEGUH SANTOSA

Sumber https://teguhtimur.com/2021/05/26/duta-besar-hungaria-judit-pach-radikalisme-tidak-ada-kaitannya-dengan-agama/amp/

Comments