Proyek Batu Bara China di Berbagai Negara Berguguran
IDNBC.COM - Proyek pembangunan pembangkit listrik batu bara yang dibiayai China di berbagai negara berguguran. Negara G7 gencar memblokir penggunaan Batu Bara, negara-negara yang masih mendukung penggunaan batu bara, seperti China dan Indonesia, semakin terisolasi.
Riset yang digelar Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) itu mencatat, betapa investasi batu bara kian tergerus oleh upaya mereduksi emisi karbondioksida di banyak negara.
Pembangkit listrik bertenaga batu bara tidak cuma menghasilkan emisi Co2 yang tinggi, tetapi juga merupakan salah satu sumber polusi udara paling besar. CREA menyimpulkan, gelombang pembatalan proyek pembangunan PLTU menyiratkan masa depan muram bagi industri tersebut.
Sejak 2016, sepuluh bank internasional yang tercatat paling banyak berinvestasi di sektor batu bara adalah milik Cina. Menurut CREA, sekitar 12 persen pembangkit batu bara di luar Cina ikut dibiayai dan dibangun oleh perusahaan Cina.
Saat ini beragam proyek berkapasitas total 80 gigawatt yang dibiayai Cina di seluruh dunia masih terus dikerjakan. Namun begitu, CREA meyakini akan semakin banyak proyek yang dibatalkan seiring meningkatnya tekanan publik.
Selain membiayai pembangunan pembangkit listrik di luar negeri, Cina juga tercatat sebagai pengguna batu bara terbesar di dunia. Dalam komitmen iklimnya, Beijing berencana akan memproduksi gas rumah kaca hingga puncaknya di tahun 2030, dan perlahan mengurangi emisi ke titik nol pada 2060.
Negara G7 Sepakat Setop Pendanaan Proyek Batu Bara
Tujuh negara maju G7 sepakat untuk menghentikan pembiayaan internasional untuk proyek batu bara yang mengeluarkan karbon. Penghentian dukungan pendanaan tersebut juga berlaku bagi semua bahan bakar fosil untuk memenuhi target perubahan iklim yang disepakati secara global.
Melansir Reuters, menghentikan pendanaan untuk proyek bahan bakar fosil dipandang sebagai langkah besar yang dapat dilakukan dunia untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius di atas masa pra-industri. Para ilmuwan berpendapat hal tersebut akan dapat menghindari dampak perubahan iklim yang paling merusak.
Dengan mengikutsertakan Jepang untuk mengakhiri pembiayaan internasional proyek batubara dalam waktu yang singkat, berarti negara-negara yang masih mendukung penggunaan batu bara, seperti China dan Indonesia, semakin terisolasi dan bisa menghadapi lebih banyak tekanan untuk menghentikan kegiatan tersebut.
Dalam komunike, seperti yang telah dilaporkan Reuters sebelumnya, negara-negara Kelompok Tujuh, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang - ditambah Uni Eropa mengatakan "investasi internasional pada batu bara yang tak terkendali harus dihentikan sekarang.”
"(Kami) berkomitmen untuk mengambil langkah konkret menuju keputusan mutlak untuk memberikan dukungan secara langsung bagi pembangkit listrik tenaga batu bara termal internasional yang tak henti-hentinya pada akhir tahun 2021, termasuk melalui Bantuan Pembangunan Resmi, pembiayaan ekspor, investasi, dan dukungan promosi keuangan dan perdagangan."
Batu bara dianggap sangat merusak saat dibakar untuk menghasilkan listrik atau panas tanpa menggunakan teknologi untuk menangkap emisi yang dihasilkan. Sistem tersebut belum banyak digunakan dalam pembangkitan listrik.
Alok Sharma, presiden KTT iklim COP26, telah menjadikan penghentian pembiayaan batu bara internasional sebagai "prioritas genting" untuk membantu mengakhiri ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil. Ia menyerukan agar KTT PBB pada November menjadi salah satu konferensi yang "membuang batu bara menjadi sejarah masa lalu.”
Dia meminta China untuk menetapkan "kebijakan jangka pendek yang kemudian akan membantu mencapai target jangka panjang dan seluruh sistem China.
Presiden Xi Jinping mengatakan, baru akan mulai mengurangi konsumsi batu bara pada 2026, dan sepenuhnya berhenti pada 2050. Tahun lalu, Cina bertanggungjawab atas lebih dari separuh produksi energi batu bara di seluruh dunia.
Aliran investasi Cina belakangan memicu kekhawatiran, lantaran didominasi proyek infrastruktur atau pertambangan yang kerap memicu konflik lingkungan. Dalam sejumlah kasus, proyek-proyek tersebut diwarnai pelanggaran HAM.
Saat ini sejumlah proyek yang dibiayai Cina diperkarakan oleh organisasi lingkungan hingga ke lembaga internasional. Mereka mengimbau Beijing agar mengarahkan investasi untuk sebalknya membiayai proyek energi hijau.
Pemerintah Cina sudah mengindikasikan ingin mengurangi investasi batu bara di dalam atau luar negeri. Menyusul perubahan yang diputuskan bank sentral awal tahun ini, "batu bara bersih” sudah tidak lagi memenuhi syarat untuk mendapat investasi hijau.
Industrial and Commercial Bank of Cina termasuk salah satu institusi keuangan terbesar yang sudah mengambil sikap. ICBC saat ini menyimpan aset batu bara terbesar, dan selama ini merupakan sumber investasi paling gemuk untuk proyek batu bara.
Akhir Mei silam, salah seorang petinggi ICBC mengatakan pihaknya sedang menyusun "rencana dan kerangka waktu untuk penarikan mundur dari investasi batu bara,” kata Zhou Yueqiu, ekonom kepala di ICBC.
Sumber https://zamane.id/biz/4227-proyek-batu-bara-china-di-berbagai-negara-berguguran