Bahan Kimia Berbahaya dari Limbah Plastik Racuni Orang Afrika hingga Indonesia

Redaksi


IDNBC.COM -
Studi baru yang dirilis oleh International Pollutants Elimination Network (IPEN) mengungkapkan bahwa bahan kimia beracun dari ekspor limbah plastik di negara maju mencemari makanan di negara berkembang di seluruh dunia.


Hampir semua plastik mengandung aditif kimia berbahaya. Sebagian besar sampah plastik yang diekspor dari negara maju ke negara berkembang atau ekonomi dalam transisi ditimbun, dibakar, atau dibuang ke saluran air. Semua metode pembuangan ini menghasilkan emisi yang sangat beracun di lingkungan selama beberapa dekade dan menumpuk di rantai makanan.

Salah satu buktinya ada pada sampah plastik yang meracuni makanan dan mengancam masyarakat di Afrika, Asia, Eropa Tengah dan Timur, serta Amerika Latin. Ini menunjukkan bagaimana metode penanganan sampah plastik tersebut akhirnya meracuni penduduk setempat.

Dalam penelitian ini, lembaga swadaya masyarakat (LSM) di 14 negara yang banyak menerima sampah plastik dari luar negeri, mengumpulkan telur ayam kampung di sekitar tempat dan fasilitas pembuangan sampah plastik.

Lokasi pengumpulan telur termasuk tempat pembuangan sampah plastik dan elektronik; tempat pembuangan sampah dengan jumlah sampah plastik yang signifikan; pabrik daur ulang dan fasilitas pemusnahan sampah yang menangani sejumlah besar sampah plastik; dan fasilitas pembakaran sampah serta pengolahan sampah menjadi energi (Waste-to-Energy).

Telur-telur ini kemudian dianalisis untuk diukur ada atau tidaknya kontaminasi dioksin. Dioksin adalah produk sampingan yang sangat beracun dari hasil pembakaran terbuka, daur ulang sampah, produksi bahan kimia, dan teknologi insinerasi.

Selain itu, telur dianalisis untuk bahan kimia beracun lainnya yang dikenal sebagai "bahan kimia organik persisten" (POPs) yang telah dilarang atau sedang dalam proses dilarang secara global melalui Konvensi Stockholm.

Bahkan sejumlah kecil aditif kimia plastik dan emisi produk sampingan ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan, reproduksi, kanker, gangguan fungsi otak, dan/atau keterlambatan perkembangan.

“Laporan ini menegaskan bahwa kerugian yang disebabkan oleh ekspor limbah plastik tidak terbatas pada sampah dan polusi yang terlihat, tetapi beresiko membahayakan kesehatan manusia yang disebabkan oleh kontaminasi rantai makanan di negara-negara pengimpor,” ujar Lee Bell, Penasihat Kebijakan POPs IPEN.

“Aditif kimia beracun dan zat paling berbahaya di dunia benar-benar mengalir ke rantai makanan di negara-negara yang tidak mampu mencegahnya.”

Lebih lanjut, laporan tersebut menemukan bahwa tingkat dioksin dan PCBs dalam telur di beberapa lokasi sangat tinggi sehingga tidak layak dikonsumsi karena melebihi batas aman bahan kimia yang ditetapkan Uni Eropa.

Telur yang dianalisis mengandung beberapa bahan kimia paling beracun yang sudah sangat familiar, banyak di antaranya dilarang atau diatur oleh hukum internasional, termasuk dioksin, dan bahan tambahan kimia PBDEs, PCBs, dan SCCPs.

Di satu lokasi di Indonesia, tingkat dioksin dalam telur berada pada tingkat yang sama dengan sampel telur di bekas pangkalan Angkatan Udara AS di Vietnam yang sangat terkontaminasi oleh Agen Oranye.

Laporan itu merekomendasikan kontrol global terhadap bahan kimia berbahaya dalam plastik dan diakhirinya ekspor limbah plastik. Ini juga meminta industri untuk berinvestasi dalam alternatif plastik yang aman, menghilangkan aditif kimia beracun untuk plastik, dan menciptakan sistem lingkaran tertutup yang tidak menghasilkan limbah beracun.

Sementara itu di Indonesia, Co-Founder dan Penasihat Senior Nexus3 Foundation, Yuyun Ismawati, mengatakan masalah pencemaran limbah plastik juga menjadi tantangan lokal dan global. Bukan hanya masalah sampah domestik yang menjadi tanggungan, namun juga membanjirnya sampah plastik impor dari berbagai negara.

“Sampel dari Indonesia memiliki beberapa tingkat racun tertinggi yang tercatat dalam penelitian ini. Eksportir tidak jujur dan tidak bertanggung jawab mengekspor sampah plastik ke Indonesia dan negara berkembang lainnya, dengan kedok untuk daur ulang yang belum tentu seluruhnya dimanfaatkan dengan benar” ujar Yuyun.

Sebagai informasi, sampel telur dari empat belas negara yang dianalisis terdapat sampah plastik yang meracuni makanan dan mengancam masyarakat di Afrika, Asia, Eropa Tengah dan Timur, dan Amerika Latin termasuk: Belarus, Kamerun, Republik Ceko, Gabon, Ghana, Cina, Indonesia, Kazakhstan, Kenya, Meksiko, Filipina, Tanzania, Thailand, dan Uruguay.

Ini adalah kali pertama dari serangkaian laporan IPEN tentang bagaimana bahan kimia yang digunakan oleh industri plastik yang mencemari masyarakat di negara-negara dengan ekonomi berkembang atau dalam transisi.

Sumber https://m.kumparan.com/amp/kumparansains/bahan-kimia-berbahaya-dari-limbah-plastik-racuni-orang-afrika-hingga-indonesia-1vzrNoU7mOY

Comments