Garam Tak Laku Lagi, Buruh Angkut di Pesisir Demak Alih Profesi Cari Kepiting

Redaksi



IDNBC.COM - Selain petani garam, para pekerja pengangkut garam juga menjadi subjek yang terkena imbas langsung ketika produsen garam lokal terancam gulung tikar karena kalah saing dengan garam impor.


Hartono (40) warga Desa Berahan, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah yang bermata pencaharian sebagai buruh angkut garam dari lahan produksi ke mobil pengangkut menuturkan, sudah hampir dua tahun ini penghasilannya berkurang karena beberapa faktor.

Faktor pertama yakni para petani garam di wilayahnya banyak yang enggan berproduksi karena harga garam yang merosot drastis.

Selain itu, pembeli juga makin jarang, terbukti dengan makin langkanya truk pengangkut garam yang datang ke lokasi pembuatan garam maupun gudang penyimpanannya.

"Dulu saya dan kawan kawan pengangkut garam biasanya mengangkut bersak sak garam ke 15 truk per hari. Sekarang ada 5 truk yang datang mengambil garam saja sudah bersyukur," ucap Hartono kepada Kompas.com, Senin (15/3/2021).

Lelaki yang tinggal di rumah tua berdinding papan tersebut mengatakan,  ia mendengar desas desus impor garam yang menyebabkan garam lokal menjadi makin murah karena kualitasnya tak sebagus garam dari luar negeri.

Ia hanya menyayangkan jika para petani makin enggan berproduksi dan para pembeli tak melirik garam di desanya lagi maka sumber rezekinya akan terancam.

"Sementara saya tidak bekerja mengangkati garam. Sehari hari saya mencari kepiting atau ikan untuk lauk dan dijual untuk menyambung hidup," kata Hartono.

Sementara itu, Bisri Purwanto (34) Kepala Desa Berahan Wetan, Kecamatan Wedung, Demak yang ditemui di kediamannya, mengatakan, pihaknya sudah berupaya untuk mencari solusi bagi warganya yang makin nelangsa akibat rendahnya harga garam.

Salah satu usahanya yakni dengan mendirikan BUMDes yang bergerak di bidang distribusi garam.

Pihak BUMDes membeli garam dari para petani dan mengumpulkan di gudang sebelum disalurkan ke dunia usaha atau dunia industri yang membutuhkan.

Malang tak dapat ditolak, sebelum distribusi garam lancar ternyata harganya terjun bebas sehingga tak mampu menutup harga pembelian awalnya.

Jika dipaksakan dijual, maka BUMDes akan mengalami kerugian yang sangat besar.

Belum selesai dengan permasalahan harga yang merosot tajam, kini ia mendapat berita jika pemerintah kembali mengimpor jutaan ton garam ke Indonesia.

Bisri Purwanto mengatakan pihaknya sering menerima keluhan warga terkait impor garam tersebut.

"Warga butuhnya support pemerintah untuk meningkatkan kualitas produksi garam dan upaya penampungan atau penyaluran garam kepada pembeli," ungkap Bisri. 

Sumber https://regional.kompas.com/read/2021/03/16/135825878/garam-tak-laku-lagi-buruh-angkut-di-pesisir-demak-alih-profesi-cari

Comments