Korban Banjir Jakarta: Gonta-ganti Gubernur Sama Saja

Redaksi


IDNBC.COM
- Ira (55) tengah duduk di sebuah kursi sambil mengawasi tukang bekerja menambal dinding rumahnya yang bolong karena diterjang banjir akhir pekan lalu.


Banjir yang menerjang kampungnya, RT 012/RW 04, Kelurahan Bangka, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan datang dengan arus yang deras.

"Kalo enggak bisa berenang ya udah ukuran mati," ujar Ira kepada CNNIndonesia.com, Rabu (24/2).

Ira mengaku tertolong karena warga setempat, terutama pemuda Karang Taruna, bahu membahu mengevakuasi warga yang masih di dalam rumah.

Ira dan lainnya dievakuasi menggunakan ban bekas. Karena ketinggian air, kakinya tidak bisa memijak tanah. Ia memaksa diri berenang meskipun sebenarnya tidak bisa.

"Itu semua pake ban, dimasukin ban, terus pake tambang," jelas Ira.

Menurut Ira, pemerintah tidak bergerak cepat. Ketika malam genting itu hanya warga dan pemuda yang bahu membahu mengevakuasi warga.

Tim SAR, menurut kesaksian Ira, hanya datang untuk mengambil gambar di batas RT. Setelah itu, mereka pergi.

"Moto-moto terus pulang. Ke sini enggak (turun) kalau tim SAR. Pemuda dari karang taruna aja itu yang gerak semua," ungkap Ira.


Situasi lebih parah dialami Robi (55), warga RT 13 RW 1, Kelurahan Duren Tiga, Mampang, Jakarta Selatan.

Selama banjir melanda perkampungan Robi, tidak ada satupun tim penyelamat yang datang menolong warga.

Behkan ketika banjir dengan ketinggian sekitar 2,5 meter dan arus yang begitu kuat menerjang pada Sabtu (20/2) malam.

"Sama sekali enggak ada, kalo masuk sini, ya. Di depan enggak tau," kata Robi di tepi Sungai Buncit 12, Rabu (24/2).

Petugas PPSU, kata Robi, juga hanya di sekitar jalan. Padahal, saat itu, banyak warga yang terjebak di dalam rumah. Beberapa di antara mereka adalah para lanjut usia (lansia).

"Banyak yang terjebak, orang tua-orang tua," kata Robi.

Untungnya, warga bahu membahu menolong satu sama lain. Beberapa warga setempat mengenakan pelampung oranye. Mereka kemudian mendatangi rumah-rumah yang pemiliknya masih terjebak oleh banjir luapan Sungai Buncit 12.

Robi mengaku masyarakat setempat tidak pernah mendapatkan peringatan soal banjir, bahkan ketika banjir setinggi 2,5 meter kemarin terjadi. Hal tersebut, benar-benar di luar kesiapan warga.

"Enggak ada, nggak ada sama sekali (peringatan)," ujarnya.

Padahal, menurut Robi, seharusnya pemerintah daerah berkoordinasi dengan jajaran di bawahnya, termasuk pemerintah desa dan RT/RW setempat untuk memberikan peringatan dini banjir.

"Tapi ini enggak ada waspadain kita, antisipasi lah, enggak ada sama sekali," kata Robi.

Karena banjir tersebut, rumah Robi ambruk seluruhnya. Barang-barang di rumahnya juga hanyut terbawa banjir. Saat ini, ia mengungsi di rumah mertuanya.

Surut Lama

Sementara itu, ditemui di depan rumahnya, Sutini (59), warga RT 4, RW 8, Kelurahan Kampung Melayu mengatakan wilayahnya memang termasuk langganan banjir.

Selama bulan ini, banjir sudah tiga kali merendam kampungnya. Sutini mengaku tak mengungsi saat banjir akhir pekan lalu. Ia bertahan di lantai dua rumahnya ketika ketinggian air mencapai 1,5 meter.

"Karena enggak ngungsi, jadi enggak dikasih apa-apa," ujar Sutini.

Warga yang mengungsi, kata dia, mendapatkan bantuan berupa sembako. Banjir kali ini menurut Sutini berlangsung dengan cepat. Hal itu karena Kali Ciliwung terus mengalir.

Meski demikian, ia menanggap penanganan banjir masa kepemimpinan Anies Baswedan dan sebelumnya sama saja.

"Ya, sama aja sih, gua bilang ganti-ganti gubernur sama aja (tetap banjir)," ujarnya.


Berbeda dengan Tarno (70), salah satu warga RT 009/RW 08, Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Ia mengatakan banjir yang menggani wilayahnya lama surut.

Wilayahnya tersebut terkena banjir hingga dua kali sepanjang pekan kemarin. Banjir pertama, kata Tarno, lumayan besar. Namun, banjir susulan yang terjadi pada Sabtu (20/2) lalu jauh lebih besar.

"Dari RT 1 sampai 16 itu kena semua. Keterangan 2.800 KK yang kena," kata Tarno saat ditemui di Kebon Pala, Rabu (24/2).

Menurut Tarno banjir tersebut berlangsung lama. Banjir mulai merendam wilayah Kebon Pala pada Jum'at (19/2) sore hingga Sabtu (20/2) pagi.

Setelah surut beberapa jam, air kembali naik. Bahkan, air datang dalam jumlah besar sejak Sabtu siang hingga Minggu (22/2) sore.

Di Kebon Pala, kata Tarno, banjir berasal dari luapan Kali Ciliwung yang melintas di sisi kampung. Ia menyebut warga hanya bisa mengungsi dan menunggu Kali Ciliwung surut ketika banjir melanda.

"Bagaimana mau sedot, buangnya ke kali juga, banjirnya dari kali, jadi enggak bisa nyedot," kata Tarno.

Pada akhir pekan lalu setidaknya 200 RT terendam banjir. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut banjir kali ini hanya terjadi di sebagian wilayah Ibu Kota.

Anies menyebut pihaknya telah mengantisipasi banjir Feburari ini sejak tahun lalu. Menurut Anies, salah satu bentuk kesiapan tersebut adalah pergerakan cepat jajarannya dalam menangani banjir.

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu memastikan menyatakan banjir yang melanda Ibu Kota usai didera hujan sejak Sabtu (20/2) telah surut 100 persen pada Senin (22/2) dini hari.

Sumber https://m.cnnindonesia.com/nasional/20210225101534-20-610663/korban-banjir-jakarta-gonta-ganti-gubernur-sama-saja/amp

Comments