Ngeri, AS Terancam Perang Saudara Jelang Pelantikan Biden

Redaksi


IDNBC.COM
- Pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden 20 Januari besok rupanya belum dapat diterima oleh kubu pendukung Donald Trump dan kelompok kanan lainnya. Bahkan mereka mengancam bila pelantikan itu terjadi, maka akan terjadi perang saudara yang mengerikan.


Kelompok kanan BoogalooBoys, dengan mengenakan perlengkapan militer lengkap, menyatakan bahwa perang sipil berdarah dapat terjadi. Selain itu mereka meminta seluruh elemen politik bersatu untuk menumbangkan Biden yang dirasa sebagai kemenangan tirani itu.

"Ini adalah kesempatan terakhir kami untuk menghindari pemerintahan tirani atau perang saudara berdarah dan tidak ada gunanya di antara rakyat Amerika, yang tidak memiliki banyak hal untuk melawan satu sama lain dan memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka sadari," kata seorang anggota Boogaloo yang tak menyebutkan identitasnya seperti dikutip news.com.au.

"Pesan kami kepada pemerintah adalah, kami datang dengan damai. Kami tidak berniat melakukan kekerasan, tapi saya mohon dengan berlinang air mata dan suara yang pecah, jika Anda terus menindas rakyat Amerika, mereka tidak akan rasional lagi."

Sebenarnya ancaman teror ini sudah disampaikan intelijen AS. Melansir New York Times, milisi bersenjata dan ekstrimis rasis memang menargetkan teror saat pelantikan Biden.

Boogaloo, dipercaya bakal menjadi organasasi penggeraknya. Insiden masuknya massa pendukung Trump 6 Januari lalu ke gedung kongres, The Capitol, menjadi symbol yang makin memprovokasi kelompok ini.

"(Boogaloo) dapat mengeksploitasi akibat dari pelanggaran Capitol dengan melakukan serangan untuk mengacaukan dan memaksa konflik klimaks di AS," menurut buletin yang dikeluarkan oleh Pusat Kontra Terorisme Nasional dan Departemen Kehakiman dan Keamanan Dalam Negeri, yang disebarkan secara luas ke lembaga penegak hukum di seluruh negeri pekan lalu.

Lebih lanjut beberapa badan pejabat federal AS menyatakan bahwa organisasi ini sangat mungkin menjadi ancaman terorisme domestik terbesar pada 2021. Dalam laporan yang dirilis itu kelompok ekstremis ini telah memandang penyerbuan Capitol sebagai sebuah signal penting.

Selain itu, para pejabat federal juga menyebut bahwa narasi Trump soal kecurangan pemilu juga menyebabkan beberapa individu mengadopsi keyakinan bahwa tidak ada solusi politik untuk mengatasi keluhan mereka. Ini akan semakin melegalkan tindakan kekerasan.

Sebagaimana diketahui, penyerbuan Capitol terjadi pasca massa Trump berunjuk rasa menuntut parlemen membatalkan kemenangan Biden atas pemilu 3 November. Dalam aksi unjuk rasa itu, Trump hadir dan menyatakan kepada pendukungnya bahwa ia tidak akan menyerah dalam pemilu yang disebutnya penuh kecurangan itu.

Sementara itu, FBI juga telah memperingatkan bahwa protes bersenjata oleh para pendukung Trump sedang direncanakan di 50 ibu kota negara bagian termasuk Washington jelang pelantikan Biden. Akibatnta pemerintah setempat meminta orang-orang untuk tidak datang ke pelantikan.

Sementara itu, di beberapa negara bagian, dilaporkan bahwa toko-toko senjata dan amunisi dipenuhi oleh para pendukung Trump. Bahkan toko-toko tersebut kini kelimpungan dalam memenuhi permintaan senjata.

Seorang pemilik toko senjata di negara bagian Texas mengatakan kepada media lokal bahwa dia berusaha keras merekrut staf untuk memenuhi permintaan. Ia memperkirakan situasinya dapat berlanjut selama 24 bulan ke depan.

Pakar keamanan senjata AS, Stephen Gutowski, memposting gambar tanda di luar toko lokalnya di negara bagian Virginia. Ia menunjukkan "tidak ada amunisi yang tersedia".

Dia mengatakan masih ada antrean orang di luar toko dan di dalam tidak ada satupun senapan pompa yang ada. "Masih ada antrean di luar toko senjata lokal. Dan mereka pada dasarnya masih tidak memiliki amunisi. Permintaan di sini terlalu banyak," cuit Gutowski.


Sebelumnya untuk mengamankan pelantikan Biden di ibukota Washington DC, Gedung Putih telah memerintahkan militer dari pasukan semi militer Garda Nasional untuk mengamankan kota itu. Beberapa area bahkan dikunci alias lockdown.

Jenderal Angkatan Darat AS sekaligus Kepala Biro Pengawal Nasional, Daniel Hokanson, mengatakan kepada Wakil Presiden Mike Pence jika jumlah pasukan Garda Nasional yang datang ke Washington kini menjadi 21 ribu orang. Washington kini dalam keadaan siaga 'darurat'.

Kendaraan polisi menutup sebagian besar pusat kota. Mulai Jumat lalu semua garasi parkir di zona terlarang pusat kota telah ditutup. Ini akan berlaku hingga 24 Januari nanti.

Sumber https://www.cnbcindonesia.com/news/20210119072005-4-217000/ngeri-as-terancam-perang-saudara-jelang-pelantikan-biden/2

Comments