Bukan Ibu Kota, Tapi Banjir Besar Awal Tahun yang Pindah dari Jakarta ke Kalimantan

Admin


IDNBC.COM
- Saat ini berbagai vorteks atau pusaran angin yang menjangkau wilayah dalam radius 50-200 kilometer terpantau lebih banyak mengendalikan dinamika atmosfer di wilayah Indonesia di Kalimantan dan Samudera Hindia. 


Dampaknya, antara lain, membuat wilayah Jakarta dan sekitarnya terhindar dari potensi hujan lebat dan dampak banjir besar di awal tahun ini seperti yang semula diprediksi.


Peneliti klimatologi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Erma Yulihastin mengatakan, aktivitas pembentukan dan peluruhan vorteks telah mengganggu kekuatan angin monsun Asia yang berasal dari Laut Cina Selatan. Selain itu vorteks ikut membelokkan angin utaraan menjadi baratan.


“Sehingga Pulau Jawa, dalam hal ini Jakarta dan sekitarnya, terhindar dari pembentukan hujan intensitas tinggi dan persisten,” katanya, dikutip dari Tempo.co (16/1/2021).


Vorteks yang pusaran anginnya berputar searah jarum jam di bagian selatan bumi itu, menurut Erma, telah menghambat potensi peningkatan hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan pembentukan seruak dingin. Serbuan massa udara dingin itulah yang semula diperkirakan Erma berpotensi menyebabkan banjir besar di Jakarta pada pertengahan Januari 2021 ini.


Potensi itu disertai hujan ekstrem dinihari seperti yang pernah terjadi dan memicu banjir pada awal 2020. Prediksi itu berdasarkan pengamatannya terhadap seruak angin yang kuat dari Laut Cina Selatan atau disebut CENS (Cross Equatorial Northerly Surge).


Erma menerangkan, dinamika atmosfer perlu terus menerus diprediksi dan dipantau. Jika terdapat pembentukan vorteks di Samudera Hindia selatan Pulau Jawa, maka itu berpotensi meningkatkan angin monsun utaraan dan meningkatkan hujan pagi di wilayah Jakarta dan sekitarnya.


Sementara itu aktivitas vorteks di Kalimantan yang terjadi sejak awal hingga pertengahan Januari 2021 telah menjadikan Kalimantan sebagai pusat konveksi secara persisten. Dampaknya menimbulkan hujan intensitas sedang hingga tinggi disertai angin kencang selama berhari-hari di Kalimantan.


“Akibatnya, beberapa wilayah di Kalimantan mengalami bencana banjir dan tanah longsor,” kata Erma. Banjir di wilayah Kalimantan selatan dilaporkan meluas dan merendam sekitar 19 ribu rumah.


Dalam perkembangannya pun, sejak 14 Januari 2021, pusat konveksi di sekitar Kalimantan mengalami pergeseran ke timur, yaitu ke wilayah Sulawesi dan Halmahera. Selain itu, menghangatnya suhu permukaan laut di Selat Makassar dan Samudera Pasifik utara Sulawesi berakibat pada pembentukan sistem tekanan rendah di Samudra Pasifik dekat Filipina.


Menghangatnya suhu permukaan laut di Selat Makassar ini, kata Erma, berdampak pada pembentukan sistem konveksi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Sistem lalu mengalami propagasi atau menjalar menuju Sulawesi bagian utara dan selatan dan berlanjut menuju wilayah Halmahera dan sekitarnya.


“Akibatnya, hujan dan angin kencang diprediksi terjadi di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan,” ujarnya. Pergeseran ke wilayah timur itu diprediksi akan terus berlanjut sehingga akan menyebabkan kondisi basah di beberapa wilayah Ambon dan sekitarnya.


Comments