BPH Migas, KAI, dan PGN Sepakati Pilot Project BBM ke LNG

Redaksi


IDNBC.COM -
BPH Migas bersama PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. PGN LNG menggelar pertemuan di Kantor Pusat PT. KAI di Bandung, (24/5). Pertemuan dalam rangka mempercepat konversi BBM ke LNG untuk kereta api.


Hadir dalam pertemuan tersebut Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa, Anggota Komite BPH Migas Ahmad Rizal berserta Tim, Direktur Prasarana PT. KAI Awan Hermawan Purwadinata, Corporate Deputi Director Logistic Suparno, serta VP Engineering PT. PGN LNG Andri Oscarianto Ginting.

Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa berharap ke depannya BPH Migas, PT. KAI dan PT. PGN LNG semakin memperkuat sinergitas. Menurutnya PT PGN LNG adalah ujung tombak PGN sebagai subholding gas didalam membangun storage LNG container maupun isotank untuk penyimpanan.

"Sudah 7 bulan disepakati rencana alih energi dari BBM subsidi ke LNG, bahkan sempat bersama-sama meninjau sampai Bukit Asam. Bersama-sama memikirkan kepentingan nasional, dengan upaya mengurangi penggunaan subsidi," ujar Ifan, sapaan akrabnya.

Lebih lanjut Ifan memyampaikan kuota 1 juta KL yang ditetapkan oleh BPH Migas selama ini diberikan untuk non transportasi mobil kendaraan darat. Artinya 1 juta KL itu untuk KA dan kapal laut. Sehingga dibutuhkan ide-ide kreatif termasuk konversi dari BBM subsidi ke LNG.

"Gas kita di hulu bertumpuk. Selain itu, ini amanah UU Migas Pasal 8 dan 46 untuk memaksimalkan gas bumi bagi kepentingan dalam negeri," tambah Ifan.

Menurutnya hal ini bukan utopis. Fakta membuktikan bahwa LNG sudah banyak digunakan transportasi di banyak belahan dunia. Misalnya lokomotif di USA, Rusia, Canada bahkan India yang sudah beralih ke LNH.

Artinya, kata dia, Indonesia pun mesti bisa beralih dari BBM ke LNG guna mengurangi subsidi, clean energi, mengurangi pemanasan global, serta pemanfaatan gas yang melimpah.

"Bulan Juli ataupun Agustus ini mestinya sudah berjalan pilot project , sebab MoU BPH Migas dengan PT. KAI sudah dari th 2017. Sehingga penting progressnya, segera action terukur," Ifan.

BPH Migas, lanjut Ifan, memiliki kesungguhan komitmen untuk konversi ini segera diwujudkan, paling tidak untuk penerangan gerbong lebih dulu sambil berproses untuk lokomotif. Kalaupun seandainya harus studi benchmark ke Rusia, USA ataupun kemana saja, BPH Migas akan siapkan.

Suparno menambahkan konversi ini sesuatu yang baru. Uji coba saat ini baru sebatas genset untuk penerangan, dan tentu akan terus diupayakan juga selain gerbong salah satunya untuk lokomotif. Upaya konversi ini kata dia, akan terus dikoordinasikan sebagai bagian logistik yang akan memback up segala yang diperlukan unit-unit teknis.

"Covid-19 mengubah mainset mengarah ikhtiar efisiensi, ini adalah hikmah yang kita dapatkan. Ekonomi harus hidup, tapi penyebaran virus harus berhenti", ujarnya yang baru menjabat Corporate Deputi Director Logistic PT. KAI.

Sementara Vice President Technical Engineering of Rollingstock Singgih Priyambodo mengajak semua stakeholder untuk mengupdate sejauh mana proses sudah berjalan. Untuk Perjanjian Kerja Sama (PKS) tidak ada yang spesifik, karena dari agreement sesungguhnya sudah cukup.

Lebih khusus terkait efisiens sementara ini sudah 20 persen. Namun itu efisensi tersebut bukan sesuatu yang valid karena masih perlu diuji lebih jauh.

"Yang perlu pertimbangan, jika sudah berhasil diaplikasikan, pasti akan ada space penempatan di lokomotif, ini tentu menjadi bahan pertimbangan juga terkait ruang termanfaatkan untuk sektor lain berkurang, ini juga terkait perhitungan komersialisasi," katanya.

Anggota Komite BPH Migas Ahmad Rizal menegaskan pentingnya kepastian PKS dimulai, agar tanggung jawab masing-masing jelas dan terukur progressnya. Karena PKS ini terkait misalnya penyiapan material, keselamatan dan lain-lain yang harus terukur.

VP Engineering PT. PGN LNG Andri Oscarianto Ginting menambahkan pihaknya sudah melakukan uji coba dan terus berkoordinasi dengan PT. KAI. Pada prinsipnya pihaknya berkomitmen dan terus berusaha agar konversi ini segera bisa diwujudkan.

"Sisi efisiensi penggunaan LNG pasti lebih efisien, tetapi tentu perlu kita lihat mesin. Jika mesin sudah tua, tentu efisiensi akan berkurang. Berbeda jika kondisi mesin masih baru, maka efisiensi akan lebih tinggi," ucapnya.

"Langkah awal segera survei, selain itu jika diperlukan percepatan agreement dan PT. PGN LNG menyatakan siap. Pertemuan menghasilkan kesepakatan bahwa 10 Agustus 2021 konversi BBM ke LNG resmi dimulai," ujarnya.

Sumber https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210524213315-90-646462/bph-migas-kai-dan-pgn-sepakati-pilot-project-bbm-ke-lng/amp

Comments