Ketua Forum Rekat: Abu Janda Tolong Gunakan Cermin Sebelum Menilai Orang Lain

Admin


IDNBC.COM
- Mantan Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Natalius Pigai jadi bulan-bulanan oleh para buzzer pendukung pemerintah di media sosial.


Hal itu lantaran Pigai menyindir mantan Kepala BIN yakni AM Hendropriyono sebagai dedengkot tua. Dia menanyakan kapasitas Hendropriyono yang terus-terus beri ancaman kepada eks anggota FPI.


“Ortu mau tanya. Kapasitas bapak di negara ini sebagai apa ya, penasehat Pres, pengamat? Aktivis?, biarkan diurus gen abad ke 21 yang egaliter, humanis, demokrat. Kami tidak butuh hadirnya dedengkot tua. Sebabnya wakil ketua BIN dan Dubes yang bapak tawar saya tolak mentah-mentah. Maaf,” begitu tulis Pigai di twitternya.


Cuitan tersebut mendapat tanggapan dari mereka yang mendukung pemerintah. Sebut saja Permadi Arya alias Abu Janda yang menyerang fisik Pigai.


“Kapasitas Jend. Hendropriyono: Mantan Kepala BIN, Mantan Direktur BAIS, Mantan Menteri Transmigrasi, Profesor ilmu Filsafat Intelijen, Berjasa di berbagai operasi militer. Kau Natalius Pigai apa kapasitas kau? sudah selesai evolusi belom kau?” tulis Abu Janda.


Natalius Pigai kemudian menjawab komentar Permadi Arya yang dinilai telah menyerang fisiknya.


Menurut Pigai, sudah menjadi risiko bagi dirinya mendapat serangan dan hinaan. Seba selama ini dia membela umat Islam yang teraniaya.


“Bro Moti itu risiko dari keputusan kita membela umat Islam yang teraniaya, rakyat dan orang-orang lemah yang membutuhkan pertolongan karena kekuasaan yang tiran,” tulis Pigai dikutip akun twitternya, Selasa (5/1).


Dia mengatakan, sikap kritisnya terhadap pemerintah merupakan jalan terjal demi tegaknya HAM dan perdamaian.


“Kita juga pemimpin negara dan sudah memilih jalan terjal demi tegaknya demokrasi, HAM, perdamaian dan keadilan,” ucapnya.


Ketua Forum Rekat Anak Bangsa, Eka Gumilar ikut membela Natalius Pigai.


"Abu janda tolong gunakan cermin dengan benar sebelum menilai orang lain", tulis Eka di akun twitternya @ekagumilars (5/1).


Comments